awalnya aku mengabaikan kesalahpahaman itu, membiarkannya berlalu dan menganggapnya selesai karena mungkin hanya terjadi saat itu saja
tapi ternyata itu justru awal mula kebisingan yang terjadi di hidupku
aku mengabaikan satu demi satu tiap percikan api yang dia buat, ku kira dia akan lelah lalu berhenti
tetapi pengabaian itu justru bahan bakar amarahnya
anehnya perhatian yang coba aku ulurkan justru menjadi bumerang untukku sendiri
dia terus mendorong siapapun dalam hidupnya untuk menyingkir
sampai aku ada di titik lelah lalu menutup semua pintu yang memungkinkanku bertegur sapa dengannya
yang terjadi justru dia meronta, memaki siapa saja yang menjauhinya, seakan dia lupa bahwa dia pula yang menginginkannya
pasti inilah saatnya aku benar-benar harus berhenti untuk peduli dari rotasi manusia tidak jelas arahnya ini